Kamis, 14 Agustus 2014

Wisata Konservasi Pulau Pahawang

PULAU PAHAWANG- WISATA KONSERVASI
Kini, masyarakat Pulau Pahawang sudah tak lagi menjadi perusak, mereka bahkan sadar betapa hutan mangrove bisa memberikan banyak manfaat kehidupan buat mereka. Kesadaran ini terus dipupuk oleh LSM Mitra Bentala, mulai dari anakanak Pulau Pahawang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGtRC-QVOeOqIl2NadPx48UnMwJVc73hRgdoP6oAvsUmFFs_yy30OyNe4hsKeHux9zjfbOFrQ-lMHStOcuu2A60fgPyH0nHaCFhbUS_3uu0C5A-E80iYZdTEAo6tGRFJLloL17JypMIIw/s320/Kesadaran+Melestarikan+Lingkungan+Di+Pulau+Pahawang.jpgSetelah kemauan itu mulai timbul dari masyarakat Pahawang, Mitra Bentala bersama pamong desa Pulau Pahawang juga berhasil merumuskan sebuah peraturan desa (perdes) tentang keberlangsungan hutan mangrove di Pulau Pahawang.
Perdes ini mengatur mulai dari pembibitan sampai sanksi jika ada masyarakat atau masyarakat luar yang menebang atau merusak hutan mangrove. Selain itu, kini masyarakat setempat juga membentuk Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM).
Tak hanya itu saja, Mitra Bentala juga berupaya memperkenalkan program penghijauan ini sejak dini dengan menyisipkannya kegiatan ekstra kurikuler untuk anak-anak sekolah di Pulau Pahawang. Mereka dilibatkan dalam program penghijauan dengan melibatkan siswa-siswi kelas tiga, empat, dan lima menanam pohon mangrove.
”Upaya learning by doing ini dimulai dari menanam, memberikan nama untuk bibit bakau yang mereka tanam sampai mengawasi pertumbuhan bibit bakau,” papar Suprianto, anggota lembaga swadaya masyarakat Mitra Bentala Pulau Pahawang.
Kegiatan luar sekolah yang semula menjadi kegiatan nonformal, kini sudah menjadi ekstra kurikuler tersendiri, sampai akhirnya anak-anak Pulau Pahawang memiliki kelompok sendiri, yakni Anak Pecinta Lingkungan (APL), dengan jumlah tanam bibit bakau yang telah dilakukan sebanyak 3.000 batang.
Sekarang, di beberapa sisi Pulau Pahawang sudah rimbun dengan pohon bakau. Sebentar lagi pulau seluas 1.084 hektare itu mungkin akan tenggelam oleh tebal lebatnya hutan mangrove.
Padahal dari era 1970-an hingga 1990- an, pulau Pahawang terkenal masyarakatnya tak kenal kompromi menjarah hutan mangrove. Bakau di kawasan ini habis dijarah tak hanya oleh penduduk setempat, tetapi juga dari luar pulau. Pasalnya, mereka mengincar batang bakau dan cacing bakau untuk mata pencahariannya sehari-hari.

0 komentar:

Posting Komentar